Perayaan Maulid Nabi yang dalam bahasa Aceh disebut Kenduri Maulod merupakan perayaan memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW atau di Aceh disebut memperingati kelahiran Pang Ulee Alam (penghulu Alam). Keunduri Maulod sudah menjadi tradisi dalam masyarakata Aceh. Bahkan terbesar,. Kenapa dikatakan tradisi terbesar? Karena tidak ada desa (Gampong) yang tidak merayakannya meskipun dalam skala kecil. Kemudian dilaksanakan juga di tingkat kecamatan, kabupaten dan provinsi yang dilakukan secara besar-besaran. Pada setiap perayaan maulid itu dan sudah menjadi tradisi hampir dapat dipastikan ada penyembelihan sapi atau kerbau. Gampong yang mengundang menyediakan idang (hidangan) yang dibawa oleh setiap warganya yang berisi lauk pauk dan nasi yang sudah dibungkus dengan daun pisang yang disebut bu kulah. Bila perayaan maulod besar, maka warga diminta untuk menyediakan idang meulapeh (berlapis-lapis), dimana bu kulah dan lauk disusun berlapis dalam idang yang ditutup dengan tudung saja dan dibungkus dengan kain warna warni. Bila kendurinya kecil, idang cukup satu lapis yang berisi 20 buah bu kulah dan lauk. Pada hari H itu, mulai pagi sampai bakda asar, ada sekelompok orang membaca zikir, selawat dan puji-pujian kepada Nabi. Kelompok ini sengaja diundang atau bisa jadi di gampong tersebut memang ada kelompok zikir yang sudah terbentuk bila tidak diundang santri dayah (pesantren) untuk meudikee. Acara kenduri maulod selesai bila sudah menyelesaikan santapan yang telah disediakan. Setelah acara hari H, pihak (Gampong) mengadakan rapat tentang acara Dakwah islamiyah pada malam hari, Nah untuk acara Dakwah sendiri pihak (Gampong) menyusun kepanitiaan, untuk persiapan Dakwah mulai dari Mendekorasi podium, menghias Meunasah dan sebangainya untuk memeriahkan acara.